Selasa, 19 Februari 2013
Contoh Cerpen Persahabatan Sejati
Betapa enak menjadi orang kaya. Semua serba ada. Segala keinginan
terpenuhi. Karena semua tersedia. Seperti Iwan. Ia anak konglomerat.
Berangkat dan pulang sekolah selalu diantar mobil mewah dengan supir
pribadi.
Meskipun demikian ia tidaklah sombong. Juga sikap orang tuanya. Mereka
sangat ramah. Mereka tidak pilih-pilih dalam soal bergaul. Seperti pada
kawan kawan Iwan yang datang ke rumahnya. Mereka menyambut seolah
keluarga. Sehingga kawan-kawan banyak yang betah kalau main di rumah
Iwan.
Iwan sebenarnya mempunyai sahabat setia. Namanya Momon. Rumahnya masih
satu kelurahan dengan rumah Iwan. Hanya beda RT. Namun, sudah hampir dua
minggu Momon tidak main ke rumah Iwan.
“Ke mana, ya,Ma, Momon. Lama tidak muncul. Biasanya tiap hari ia tidak pernah absen. Selalu datang.”
“Mungkin sakit!” jawab Mama.
“Ih, iya, siapa tahu, ya, Ma? Kalau begitu nanti sore aku ingin menengoknya!” katanya bersemangat
Sudah tiga kali pintu rumah Momon diketuk Iwan. Tapi lama tak ada yang
membuka. Kemudian Iwan menanyakan ke tetangga sebelah rumah Momon.
Iamendapat keterangan bahwa momon sudah dua minggu ikut orang tuanya
pulang ke desa. Menurut kabar, bapak Momon di-PHK dari pekerjaannya.
Rencananya mereka akan menjadi petani saja. Meskipun akhirnya
mengorbankan kepentingan Momon. Terpaksa Momon tidak bisa melanjutkan
sekolah lagi.
“Oh, kasihan Momon,” ucapnya dalam hati,
Di rumah Iwan tampak melamun. Ia memikirkan nasib sahabatnya itu. Setiap pulang sekolah ia selalu murung.
“Ada apa, Wan? Kamu seperti tampak lesu. Tidak seperti biasa. Kalau pulang sekolah selalu tegar dan ceria!” Papa menegur
“Momon, Pa.”
“Memangnya kenapa dengan sahabatmu itu. Sakitkah ia?” Iwan menggeleng.
“Lantas!” Papa penasaran ingin tahu.
“Momon sekarang sudah pindah rumah. Kata tetangganya ia ikut orang
tuanya pulang ke desa. Kabarnya bapaknya di-PHK. Mereka katanya ingin
menjadi petani saja”.
Papa menatap wajah Iwan tampak tertegun seperti kurang percaya dengan omongan Iwan.
“Kalau Papa tidak percaya, Tanya, deh, ke Pak RT atau ke tetangga sebelah!” ujarnya.
“Lalu apa rencana kamu?”
“Aku harap Papa bisa menolong Momon!”
“Maksudmu?”
“Saya ingin Momon bisa berkumpul kembali dengan aku!” Iwan memohon dengan agak mendesak.
“Baiklah kalau begitu. Tapi, kamu harus mencari alamat Momon di desa itu!” kata Papa.
Dua hari kemudian Iwan baru berhasil memperoleh alamat rumah Momon di
desa. Ia merasa senang. Ini karena berkat pertolongan pemilik rumah yang
pernah dikontrak keluarga Momon. Kemudian Iwan bersama Papa datang ke
rumah Momon di wilayah Kadipaten. Namun lokasi rumahnya masih masuk ke
dalam. Bisa di tempuh dengan jalan kaki dua kilometer. Kedatangan kami
disambut orang tua Momon dan Momon sendiri. Betapa gembira hati Momon
ketika bertemu dengan Iwan. Mereka berpelukan cukup lama untuk melepas
rasa rindu. Semula Momon agak kaget dengan kedatangan Iwan secara
mendadak. Soalnya ia tidak memberi tahu lebih dulu kalau Iwan
inginberkunjung ke rumah Momon di desa.
“Sorry, ya, Wan. Aku tak sempat memberi tahu kamu!”
“Ah, tidak apa-apa. Yang penting aku merasa gembira. Karena kita bisa berjumpa kembali!”
Setelah omong-omong cukup lama, Papa menjelaskan tujuan kedatangannya
kepada orang tua Momon. Ternyata orang tua Momon tidak keberatan, dan
menyerahkan segala keputusan kepada Momon sendiri.
“Begini, Mon, kedatangan kami kemari, ingin mengajak kamu agar mau ikut
kami ke Bandung. Kami menganggap kamu itu sudah seperti keluarga kami
sendiri. Gimana Mon, apakah kamu mau?” Tanya Papa.
“Soal sekolah kamu,” lanjut Papa, “kamu tak usah khawatir. Segala biaya pendidikan kamu saya yang akan menanggung.”
“Baiklah kalau memang Bapak dan Iwan menghendaki demikian, saya
bersedia. Saya mengucapkan banyak terima kasih atas kebaikan Bapak yang
mau membantu saya.”
Kemudian Iwan bangkit dari tempat duduk lalu mendekat memeluk Momon.
Tampak mata Iwan berkaca-kaca. Karena merasa bahagia.Akhirnya mereka
dapat berkumpul kembali. Ternyata mereka adalah sahabat sejati yang tak
terpisahkan. Kini Momon tinggal di rumah Iwan. Sementara orang tuanya
tetap di desa. Selain mengerjakan sawah, mereka juga merawat nenek Momon
yang sudah tua.
Contoh Cerpen Persahabatan Sejati
Ketika seorang sahabat sejati bertanya kepada sahabatnya, “apakah aku pernah melakukan salah padamu?“.
Sahabatnya akan menjawab, “ya, tapi aku sudah melupakan kesalahanmu“.
Ketika seorang sahabat sejati berbalik bertanya kepada sahabatnya, “apakah aku pernah bersalah padamu?“.
Sahabatnya akan menjawab, “ya, tapi aku sudah lupa akan hal itu“.
Ketika seorang bertanya, “Apa yang telah kau lakukan untuk sahabatmu?“
Seorang sahabat akan menjawab, “Aku tidak tahu.” sebab seorang sahabat
tidak pernah meminta imbalan dari apa yang telah di perbuatnya dengan
tulus.
Ketika seorang sahabat sejati memarahi sahabatnya, dan sahabatnya bertanya, “mengapa kamu memarahiku?“
Sahabatnya akan menjawab, “demi kebaikanmu“.
Ketika seseorang bertanya, “apakah alasanmu menjadi sahabatnya?“
Ia akan menjawab, “tidak tahu“. Sebab sahabat yang sejati tidak pernah
memanfaatkan, tidak pernah memandang kelemahan dan kelebihan.
Ketika kau jatuh, ia akan berusaha menopangkan tangannya supaya kau tidak tergeletak.
Ketika kau bersuka, ia akan berada disisimu dan turut merasakan kebahagiaanmu.
Ketika kau berduka, ia akan berada disampingmu, meskipun ia tidak tahu
bagaimana cara menghiburmu. Tetap mendengarkanmu, mendengarkan setiap
kata yang keluar dari mulutmu, meskipun kau hanya mengaduh dan meskipun
ia tidak tahu bagaimana solusi masalahmu.
Ketika kau mengatakan cita – citamu, ia akan mendukung dan berdoa untukmu.
Ketika ia bersuka, kau juga akan bersuka karenanya.
Ketika ia berduka, kau yang ada di sampingnya.
Sahabat adalah memberi tanpa ada maksud di belakangnya, bukan hanya menerima.
Sahabat tidak pernah membungkus racun dengan permen manis.
Persahabatan tidak diukur oleh berapa lamanya waktu, tetapi berapa besar arti ‘persahabatan’ itu sendiri.
Persahabatan tidak diukur oleh materi, tetapi berapa besar pengorbanan.
Persahabatan tidak diukur dari kesuksesan yang di peroleh, tetapi dari berapa besar dukungan yang di berikan.
Ia dapat menyayangimu, bahkan lebih dari dirinya sendiri.
Persahabatan tidak pernah mulus. Tetapi yang membuat indah adalah ketika
mereka berhasil menjalaninya bersama, meskipun harus melalui
pertumpahan air mata.
Hal yang paling membuat sahabatmu sedih adalah ketika kamu, sebagai
seorang sahabat, membohonginya dengan alasan apapun. Sebab ia sangat
percaya padamu.
Hanya satu yang sahabatmu minta kepadamu : supaya ia menjadi bagian hidupmu.
Contoh Cerpen Persahabatan Sejati
Ketika dunia terang, alangkah semakin indah jikalau ada sahabat disisi.
Kala langit mendung, begitu tenangnya jika ada sahabat menemani. Saat
semua terasa sepi, begitu senangnya jika ada sahabat disampingku.
Sahabat. Sahabat. Dan sahabat. Ya, itulah kira-kira sedikit tentang
diriku yang begitu merindukan kehadiran seorang sahabat.
Aku memang seorang yang sangat fanatik pada persahabatan. Namun, sekian
lama pengembaraanku mencari sahabat, tak jua ia kutemukan. Sampai
sekarang, saat ku telah hampir lulus dari sekolahku. Sekolah berasrama,
kupikir itu akan memudahkanku mencari sahabat. Tapi kenyataan dengan
harapanku tak sejalan. Beragam orang disini belum juga bisa kujadikan
sahabat. Tiga tahun berlalu, yang kudapat hanya kekecewaan dalam
menjalin sebuah persahabatan. Memang tak ada yang abadi di dunia ini.
Tapi paling tidak, kuharap dalam tiga tahun yang kuhabiskan di sekolahku
ini, aku mendapatkan sahabat.
Nyatanya, orang yang kuanggap sahabat, justru meninggalkanku kala ku
membutuhkannya. “May, nelpon yuk. Wartel buka tuh,” ujar seorang teman
yang hampir kuanggap sahabat, Riea pada ‘sahabat’ku yang lain saat kami
di perpustakaan. “Yuk, yuk, yuk!” balas Maya, ‘sahabatku’. Tanpa
mengajakku Kugaris bawahi, dia tak mengajakku. Langsung pergi dengan
tanpa ada basa-basi sedikitpun. Padahal hari-hari kami di asrama sering
dihabiskan bersama. Huh, apalagi yang bisa kulakukan. Aku melangkah
keluar dari perpustakaan dengan menahan tangis begitu dasyat. Aku begitu
lelah menghadapi kesendirianku yang tak kunjung membaik. Aku selalu
merasa tak punya teman. “Vy, gue numpang ya, ke kasur lo,” ujarku pada
seorang yang lagi-lagi kuanggap sahabat. Silvy membiarkanku berbaring di
kasurnya. Aku menutup wajahku dengan bantal.
Tangis yang selama ini kutahan akhirnya pecah juga. Tak lagi terbendung.
Sesak di dadaku tak lagi tertahan. Mengapa mereka tak juga sadar aku
butuh teman. Aku takut merasa sendiri. Sendiri dalam sepi begitu
mengerikan. Apa kurangku sehingga orang yang kuanggap sahabat selalu
pergi meninggalkanku. Aku tak bisa mengerti semua ini. Begitu banyak
pengorbanan yang kulakukan untuk sahabat-sahabatku, tapi lagi-lagi
mereka ‘menjauhiku’. “Faiy, lo kenapa sih ? kok nangis tiba-tiba,” tanya
Silvy padaku begitu aku menyelesaikan tangisku. “Ngga papa, Vy,” aku
mencoba tersenyum. Senyuman yang sungguh lirih jika kumaknai. “Faiy, tau
nggak ? tadi gue ketemu loh sama dia,” ujar Silvy malu-malu. Dia pasti
ingin bercerita tentang lelaki yang dia sukai.
Aku tak begitu berharap banyak padanya untuk menjadi sahabatku. Kurasa
semua sama. Tak ada yang setia. Kadang aku merasa hanya dimanfaatkan
oleh ‘sahabat-sahabatku’ itu. Kala dibutuhkan, aku didekati. Begitu
masalah mereka selesai, aku dicampakkan kembali. “Faiy, kenapa ya, Lara
malah jadi jauh sama gue. Padahal gue deket banget sama dia. Dia yamg
dulu paling ngerti gue. Sahabat gue,” Silvy curhat padaku tentang Lara
yang begitu dekat dengannya, dulu. Sekarang ia lebih sering cerita
padaku. Entah mengapa mereka jadi menjauh begitu. “Yah, Vy. Jangan
merasa sendirian gitu dong,” balasku tersenyum. Aku menerawang,” Kalau
lo sadar, Vy, Allah kan selalu bersama kita. Kita ngga pernah sendirian.
Dia selalu menemani kita. Kalau kita masih merasa sendiri juga, berarti
jelas kita ngga ingat Dia,” kata-kata itu begitu saja mengalir dari
bibirku. Sesaat aku tersadar. Kata-kata itu juga tepat untukku. Oh,
Allah, maafkanku selama ini melupakanmu. Padahal Dia selalu bersamaku.
Tetapi aku masih sering merasa sendiri.
Sedangkan Allah setia bersama kita sepanjang waktu. Bodohnya aku. Aku
ngga pernah hidup sendiri. Ada Allah yang selalu menemaniku. Dan
seharusnya aku sadar, dua malaikat bahkan selalu di sisiku. Tak pernah
absen menjagaku. Kenapa selama ini aku tak menyadarinya? Dia akan selalu
mendengarkan ‘curhatanku’. Dijamin aman. Malah mendapat solusi. Silvy
tiba-tiba memelukku. “Sorry banget, Faiy. Seharusnya gue sadar. Selama
ini tuh lo yang selalu nemenin gue, dengerin curhatan gue, ngga pernah
bete sama gue. Dan lo bisa ngingetin gue ke Dia. Lo shabat gue. Kenapa
gue baru sadar sekarang, saat kita sebentar lagi berpisah…” Silvy tak
kuasa menahan tangisnya. Aku merasakan kehampaan sejenak. Air mataku
juga ikut meledak. Akhirnya, setelah aku sadar bahwa aku ngga pernah
sendiri dan ingat lagi padaNya, tak perlu aku yang mengatakan ‘ingin
menjadi sahabat’ pada seseorang. Bahkan malah orang lain yang
membutuhkan kita sebagai sahabatnya. Aku melepaskan pelukan kami. “
Makasih ya, Vy. Ngga papa koki kita pisah. Emang kalau pisah,
persahabatan bakal putus. Kalau putus, itu bukan persahabatan,” kataku
tersenyum.
Menyeka sisa-sisa air mataku. Kami tersenyum bersama. Persahabatan yang
indah, semoga persahabatan kami diridoi Allah. Sahabat itu, terkadang
tak perlu kita cari. Dia yang akan menghampiri kita dengan sendirinya.
Kita hanya perlu berbuat baik pada siapapun. Dan yang terpenting, jangan
sampai kita melupakan Allah. Jangan merasa sepi. La takhof, wala
tahzan, innallaha ma’ana..Dia tak pernah meninggalkan kita. Maka jangan
pula tinggalkannya.
Contoh Cerpen Persahabatan Sejati
Cuaca panas diledakkan oleh teriakan seorang ibu dari sebuah halte bis.
“ Jambret!” Teriaknya. Ibu itu setengah gila, meronta-ronta, melompat-lompat.
Orang-orang terperangah, lirik kiri- kanan, mencari-cari. Ya, pak Polisi gagah datang, pistol mendongak.
” Jambret….!” Ibu itu menunjuk-nunjuk, seseorang berlari kencang membawa
sebuah tas kulit. Pak Polisi gagah itu pun mengejarnya. Pistol mulai
keluar, diacungkan.
” Berhenti….!” Duarrrr….suara pistol meledak. Udara belah.
Jambret sial sialan itu berhenti. Pasti. Takut.
” Angkat tangan…! Buka topengmu goblok!”
Penjambret sial sialan itu mengangkat tangan, membuka topeng.
” Kkkkkkkkau!” Tunjuk pak Polisi gagah..” Ahaa….kau si Juned! Sahabat lamaku!?”
” Halah…Kkkkkau si Safri…sahabat lamaku!”
” Sini biar kuambil tas kulit itu!”
Kemudian mereka berpelukkan, sahabat lama yang sudah puluhan tahun tidak
jumpa. Tas kulit diberikan kepada si ibu. Si ibu bukan main memberi
hormat dan salam secara berlebihan kepada pak Polisi gagah.
” kau..ikut aku ke kantor Polisi…Juned!”
” Oke….!”
Di kantor polisi JUned mendapat perlakuan istimewa. Ia dikurung dalam
kerangkeng khusus, diberi fasilitas istimewa, ada kamar mandinya, ada
kasur empuknya, membuat tahanan lain iri kepadanya.
” Sahabat…besok pengadilanmu akan dilaksanakan…!”
” Oke, sahabat lamaku!” Bukan main bahagianya Juned.
Ruang pengadilan biasa-biasa saja, karena kasus nya bukan kasus
selebritis. Pengacara Juned namanya si Paruntungan Hasibuan , masih
sama, sahabat lama si Juned..
Pak Hakim masuk.
” Oalaaaaa……!” Mata Pak Hakim yang sifit itu terbelalak tajam ketika melihat terdakwa. ” Kkkkkau…si Juned…Sahabat Lamaku…!”
” Halahhh….kau…si Norman, sahabat Lamaku…!”
” Lama kita tak bersua ya?”
” Ya, memang cukup lama, Kau si Paruntungan Hasibuan!” Pak Hakim
menunjuk pengacara si Juned. Pak polisi gagah pun masuk, datang agak
telat memang,ingin menyaksikan jalannya pengadilan.
” Haaa? Kkkkkau….si Jefrii…!?” Teriak Pak Hakim kegirangan.
Pada akhirnya ruang sidang itu dipenuhi oleh gelak tawa dan pembicaraan masa lalu. Kenangan. Masa-masa SMA.
” Nostalgia…SMA kitaaaaaa…..!” Teriak mereka, sambil memukul-mukulkan palu pada meja.